Jumat, 02 Mei 2014

Sinopsis "KEMI: Cinta Kebebasan yang Tersesat"


Judul             : KEMI: Cinta Kebebasan Yang Tersesat
Pengarang     : Adian Husaini
Tahun Terbit  : 2010
Penerbit         : Gema Insani
Tebal             : 316 Halaman


Keputusan Kemi telah bulat untuk meninggalkan pesantren Minhajul Abidin. Dengan berbekal amanat Kyai Rais, sebuah nasihat agar memilih-milih teman dalam perantauan, Kemi pergi dengan meninggalkan teka-teki tentang motif kepergiannya. Kemi yang dulu membanggakan sistem pendidikan pesantren dan mengkritik sistem pendidikan formal di perguruan tinggi, kini justru berbalik. Kemi termakan tawaran Farsan yang juga alumnus pesantren Minhajul Abidin yang kini telah menjadi aktifis liberal. Tak butuh waktu lama, di Institut Studi Lintas Agama, tempat dimana Kemi kuliah, pemikiran Kemi mulai beradaptasi dengan konsep kebebasan, dan kesetaraan gender.
Kemi dan Rahmat -sahabatnya ketika di pondok- itu tetap menjalin silaturahim meski harus terpisah oleh ruang. Namun tak bisa dipungkiri, ideologi mereka sudah berbeda. Kemi kini menamakan dirinya muslim liberalis, dan Rahmat tetap setia pada Islam yang Rahmatan lil alamin.
Dari saling berkomunikasi itulah Kemi akhirnya menantang Rahmat agar bergabung dengan kelompoknya untuk membuktikan bahwa ia mampu bertahan dengan pendapatnya, meskipun bergaul dengan berbagai golongan agama. Rahmat pun menyanggupi setelah memohon pertimbangan dari Kyai Rais. Tak tanggung Kyai Rais telah mempersiapkan strategi untuk membuat Kemi kembali dengan perantara Rahmat. Rahmat dituntut untuk menguasai berbagai pemikiran liberalis dari berbagai buku agar bisa menandingi gagasan dari kaum liberalis yang telah dilatih dengan keras untuk berani mengungkapkan pemikirannya melalui media massa.
Menginjakkan kaki di Universitas Damai Sentosa, Rahmat mulai menelaah aplikasi konsep kesetaraan gender dimana Kemi begitu bebasnya mencandai teman perempuanya, Siti. Perempuan berkerudung tapi berbaju ketat ini sebenarnya anak seorang ulama di Jawa Barat. Namun orang tuanya tak mengetahui jika Siti selama ini menjadi aktifis liberal. Siti dan Roman, teman Kemi juga, begitu heran saat Kemi mengatakan bahwa Rahmat yang bukan santri biasa itu akan bergabung dengan mereka.
Rahmat langsung mengikuti kegiatan kampus. Di kelas Profesor Malikan terus bicara mengenai konflik antar umat beragama di Indonesia. Rahmat menyimak dengan baik semua pernyataan Prof. Malikan. Meskipun Rahmat seorang santri, namun ia sudah paham akan logika liberal yang tengah dimainkan dosennya itu. Disela-sela pembicaraan terjadi perbantahan antara Rahmat dan Prof. Malikan. Rahmat anak kampung yang baru hari itu secara resmi menjalani kuliah benar-benar berani telah “menguliti” logika-logika Prof. Malikan hingga seolah sang dosen tak berkutik lagi.
Kesan sebagai pemuda yang pandai, berani dan dapat dipercaya itulah yang mengantarkan Siti pada sebuah pengakuan bahwa Siti ingin bertobat. Siti tengah dilanda dilema. Siti menyadari bahwa dirinya telah berdosa pada orang tuanya dan umat Islam karena telah menyebarkan pemikiran-pemikiran yang salah. Namun disisi lain rasanya Siti tak mampu keluar dari keadaan, ia telah terjerat. Dan kini siti meminta Rahmat untuk membantunya bertobat. Rahmat tidak menolaknya. Justru ini adalah kesempatan emas bagi Rahmat untuk melacak lebih dalam siapa Siti dan siapa saja orang dibalik semua ini.
Tingkah Rahmat tak hanya berhenti pada membuat Prof. Malikan tak berkutik di depan mahasiswa. Namun Rahmat juga membantah habis-habisan pemikiran dari Kyai Dulpikir yang menurut dia telah sembarangan dalam menafsirkan Al Qu’ran dan telah memfitnah Ulama. Hingga akhirnya kabar yang menghebohkan media masa itu pun muncul bahwa Kyai Dulpikir Meninggal dunia beberapa saat setelah berdebat dengan Rahmat dikarenakan serangan jantung. Kejadian ini menandai hampir berhasilnya misi Kyai Rais dan Rahmat. Nyawa Rahmat terancam, Kyai Rais meminta Ahmad Petuah, redaktur Koran Indonesia Jaya untuk mengamankan Rahmat di kantornya.
Ditempat lain Kemi berada pada posisi terancam. Misi Kemi untuk menjebak Rahmat sudah gagal. Disini Kemi baru menyadari jika selama ini dirinya, Siti, dan Farsan hanya dimanfaatkan oleh sindikat kriminal pembobol dana asing untuk proyek ‘penjinakan islam’ yang tengah dilancarkan Negara-negara barat melalui para intelektual studi islam agar proyek itu diterima oleh umat Islam guna liberalisasi di Indonesia. Dan sebagai ganjarannya, Kemi dipukuli hingga pingsan oleh beberapa “teman”nya yang ternyata juga anggota sindikat tersebut.  
Inilah akhir dari kisah mereka. Sindikat pembobol dana asing tersebut telah ditangani pihak berwajib. Kemi berakhir di Rumah Sakit Jiwa, karena ia telah kehilangan hampir semua memori di otaknya. Siti yang terpesona oleh kesalehan dan kecerdasan Rahmat, akhirnya sadar dan bertobat, kembali ke orang tua dan pesantrennya. Namun kecintaan Siti dan Rahmat pada dunia pendidikan dan dakwah membawa mereka pada keputusan pahit: sepakat untuk berpisah dan tidak mengikatkan diri dalam satu tali perkawinan, meskipun mereka saling mencinta. 

nantikan sinopsis serial kedua dari KEMI ya ..

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar