Judul :
Mengenal Al Ghazali for teens
Penulis :
Himawijaya
Penerbit :
Mizan
Cetakan :
1, 2004
Tebal :
183 Halaman
Al Ghazali,
merupakan tokoh yang banyak dikenal di dunia Islam bahkan di kalangan ilmuan
barat. Namun Al Ghazali juga merupakan tokoh kontroversial. Sufi yang dikenal dengan
nama latin Algazel ini terkenal sebagai sufi yang anti filsafat melalui kitab
karyanya Tahafutul Falasifah (Kerancuan Filsafat). Kontroversi seputar
karya-karya Al Ghazali adalah pada penggunaan hadis-hadis lemah, dhaif, bahkan
palsu. Terlepas dari kontroversi terhadap karya-karyanya, Al Ghazali telah
berhasil dalam beberapa hal , terutama memunculkan tasawuf bersyariat.
Al Ghazali mempunyai
nama lengkap Abu Hamid Al Ghazali. Ia lahir di Thus, Persia (wilayah Iran
sekarang), pada 1058 M, dari keluarga sederhana, Ayahnya meninggal saat ia dan
adik laki-lakinya, Ahmad, masih kanak-kanak. Sebelum wafat, ayahnya berwasiat
kepada sahabatnya, seorang sufi agar mendidik kedua anaknya dengan pengetahuan
agama. Tapi kekayaan ayahnya tak terlalu banyak. Sedangkan sang sufi tak mampu
lagi membiayai mereka. Sehingga, Al ghazali yang saat itu berumur tujuh tahun,
beserta adiknya, melanjutkan pendidikannya ke madrasah hingga akhirnya Al
ghazali pergi ke Jurjan untuk mempelajari fiqh selama 5 tahun. Al Ghazali
kemudian melanjutkan studinya ke Madrasah Nizamiyah di Nisyapur untuk belajar
ilmu Kalam, Filsafat, Logika, dan Dialektika setelah sebelumnya selama tiga
tahun tinggal di kota kelahirannya untuk mengendapkan ilmu yang telah ia dapat.
Al Ghazali lalu memutuskan pergi menuju kampus Nizamul Al-Mulk. Setelah enam
tahun tinggal akhirnya dia ditawari jabatan guru besar di pusat Madrasah
Nizamiyah di Baghdad. Semenjak itu Al Ghazali memilki reputasi yang bagus
sebagai seorang guru besar di bidang ilmu keagamaan dan sebagai penulis. Pada
usianya ke-38, Al Ghazali mengalami krisis spiritual. Ia berusaha mencari apa
itu “kebenaran yang hakiki”. Ia meragukan fungsi akal seperti yang selama ini
ia jumpai penggunaannya di kalangan ahli kalam dan para filsuf dalam menggapai
kebenaran tentang Tuhan. Al Ghazali
jatuh sakit dan berhenti dari kegiatan mengajar, akhirnya ia memutuskan untuk
mengembara. Melalui pengembaraan itulah Al Ghazali berkenalan dengan tasawuf
dan menulis Ihya’ Ulumuddin. Setelah sepuluh tahun pengembaraan pada tahun 1104
M ia kembali ke Baghdad untuk tetap mengajar dan menulis dengan cara hidup
sebagai seorang sufi. Hingga akhirnya ia wafat di kota kelahirannya pada bulan
desember 1111 M.
Tasawuf merupakan jalan yang paling benar dalam
menggapai kebahagian hakiki menurut perspektif Al Ghazali. Menurutnya, jalan
yang ditempuh oleh para sufi adalah jalan “pengalaman”, merasakan bagaimana
lezatnya beragama, merasakan pertemuan dan kedekatan dengan Allah. Bukan
seperti para ahli kalam yang berkutat dengan logika dalam membuktikan adanya
Allah. Sehingga yang menjadi kunci tasawuf adalah batin. Hal itu selaras dengan
konsep utama tasawuf yakni man’arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu, barang siapa
mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya. Sedangkan langkah pertama menuju
pengetahuan tentang diri adalah menyadari bahwa diri terdiri atas dua bagian
yakni jasad dan nafs atau jiwa.
Al Ghazali
adalah seorang yang telah berjasa meletakkan kembali tasawuf dalam pagar
syariat, menerangkan secara gamblang hubungan antara keduanya. Tidak seperti
anggapan tentang tasawuf selama ini bahwa mereka yang telah mencapai hakikat
tak lagi membutuhkan syariat. Ia telah membawa ajaran tasawuf yang berbasis
syariat.
Tasawuf dalam
memandang dunia hanyalah sebagai hal yang memiliki nilai rendah yang dapat
mempengaruhi hati untuk lalai dari tujuan akhir yaitu akhirat. Sedangkan
tasawuf dalam memandang Iman menurut Al Ghazali mempunyai tiga tingkatan.
Tingkatan pertama, keimanan orang awam yang bersandar pada taklid semata.
Tingkat kedua, Iman mutakallimin yaitu keimanan seperti para ahli kalam dan
filsuf yang di dasarkan pada logika. Tingkat ketiga, imannya orang arifin,
yakni menyaksikan apa yang dipercayainya secara langsung.
Semua yang telah
Al Ghazali paparkan tak hanya sekedar ilham yang diperoleh secara singkat,
namun melalui proses pencarian kebenaran yang hakiki. Berangkat dari sebuah
keraguan akan ajaran-ajaran yang ada, Al Ghazali menelaahnya satu persatu
hingga akhirnya ia sampai pada kesimpulan bahwa tasawuf adalah jalan yang
paling benar. Sedangkan cara manusia untuk mencapai pengetahuan yang benar
(epistemology) dapat melalui beberapa perangkat. Diantaranya adalah indra dan
logika. Namun disisi lain, agama banyak melibatkan hal-hal non fisik yang tidak
mudah untuk dijelaskan secara logika. Sehingga Al Ghazali menyimpulkan bahwa
pengetahuan tentang segala sesuatu, Allah, kenabian, dan alam gaib hanya bisa dilihat
dan dirasakan oleh batin.
Semenjak dulu
cara pandang terhadap manusia itu
terbagi menjadi dua. Golongan pertama beranggapan bahwa esensi manusia bukanlah
pada tubuh, melainkan pada jiwanya. Golongan kedua beranggapan bahwa esensi
manusia justru terletak pada tubuhnya. Sedangkan Al Ghazali termasuk dalam
golongan pertama yang berfokus masalah batin manusia. Aspek batin menjadi
bagian dari spiritualitas yang sebenarnya dari manusia. Karena spiritual
sendiri menunjukkan suatu keadaan yang tidak bisa diindrai oleh tubuh kita yang
hanya bisa dirasakan oleh hati. Hati menurut perspektif Al Ghazali merupakan
perasaan jiwa yang arahnya kepada pengetahuan tentang Allah. Meskipun dalam
struktur diri manusia, letak hati berada di persimpangan antara alam dimana terdapat
dengan jelas petunjuk mengenai Allah dan alam yang mengarah kepada jasad.
Sekarang tinggal bagaimana manusia senantiasa membersihkan hati agar ilham yang
terbaca adalah berasal dari petunjuk Allah, agar tingkah laku yang diatur oleh
hati pun menjadi baik.
Dalam literatur
tasawuf, antara Allah dan manusia terdapat hijab-hijab berupa tingkatan alam.
Bila para Sufi memisalkan Allah sebagai sumber cahaya, maka akan menimbulkan
intensitas cahaya yang berbeda mulai dari yang paling gelap hingga mendekati
terang. Dunia atau alam kebendaan adalah alam yang paling gelap, disebut dengan
Alam Al-Mulk wa Al-Syahadah. Yang paling terang adalah alam ruh. Sedangkan
pertengahannya adalah alam malakut.
Alam malakut
merupakan alam dimana pengalaman spiritual manusia terjadi seperti mimpi
bertemu dengan para wali dan para Nabi. Terbukanya alam malakut bisa dalam
keadaan tidur atau terjaga. Namun dalam keadaan terjaga alam malakut akan lebih
sulit terbuka kecuali jika hati sudah benar-benar kosong dari semua hal kecuali
Allah SWT.
Alam syahadah
disebut juga sebagai penghalang dan hijab bagi manusia dalam menempuh
perjalanan menuju Tuhannya, sekaligus ia menjadi tangga yang mengantarkan
kesadaran kepada pemahaman terhadap Allah melalui ayat-ayat atau tanda-tanda
kebesaranNya yang telah terbentang diseluruh alam semesta ini, meskipun di alam
syahadah ini jejak Allah tak begitu nyata jika dibandingkan dengan alam
malakut. Karena alam syahadah adalah salinan tak sempurna dari alam malakut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar