Rekayasa
genetika atau manipulasi genetik adalah suatu upaya memanipulasi sifat makhluk
hidup untuk menghasilkan makhluk hidup dengan sifat yang diinginkan.
Memanipulasisifat genetik ini dilakukan dengan menambah atau mengurangi DNA.
Menggabungkan dua DNA dari sumber yang berbeda dikenal sebagai rekombinasi DNA.
DNA hasil rekombinasi dikenal sebagai DNA rekombinan.
Mengapa dalam
rekayasa genetika digunakan DNA dalam menggabungkan sifat makhluk hidup? Hal
tersebut karena DNA dari makhluk hidup apapun memiliki struktur yang sama,
sehingga dapat direkombinasikan. Sedangkan penggabungan organ atau
jaringanantar spesies untuk menghasilkan spesies baru mustahil dilakukan.
Selanjutnya DNA inilah yang akan mengatur sifat-sifat makhluk hidup tersebut
secara turun temurun. Dengan demikian mengubah sifat makhluk hidup dapat
dilakukan dengan mengubah DNA yang dikandungnya.
Bagaimana cara
mengubah DNA itu? Banyak cara dilakukan untuk mengubah DNA sel. Misalnya
melalui persilangan, memberi sinar radioaktif, melakukan transplantasi inti, melakukan fusi sel, dan
melakukan rekombinasi DNA.
1. Transplantasi
inti
Transplantasi
inti atau Transplantasi nukleus adalah memindahkan inti dari sel yang satu ke
sel lain agar diperoleh individu baru yang mempunyai sifat baru sesuai dengan
inti yang diterimanya. Penelitian tentang transplantasi inti dilakukan terhadap
sel katak.inti sel yang dipindahkan adalah inti dari sel-sel usus katak, yakni
inti yang memiliki 2n kromosom (diploid). Inti tersebut dimasukkan ke dalam
ovum tanpa inti. Maka terbentuklah ovum dengan inti dari usus (berinti diploid)
Setelah
ovum diberi inti baru, ovum membelah secara mitosis berkali-kali, menghasilkan
bentukan seperti buah anggur yang disebut morula dan selanjutnya berkembang
menjadi blastula. Selanjutnya blastula tersebut dipotong-potong (dikloning)
menjadi banyak sel. Inti tiap sel tersebut diambil , kemudian dimasukkan ke
dalam ovum tanpa inti yang lain. Maka terbentuklah ovum berinti diploid dalam
jumlah banyak. Masing-masing ovum tersebut dikultur secara invitro sehingga
berkembang menjadi individu baru. Individu yang terbentuk memiliki sifat yang
sama. Peristiwa pembentukan individu baru tanpa proses perkawinan ini dikenal
sebagai reproduksi paraseksual.
Kini
Transplantasi inti dan penglonan sudah berhasil dicobakan pada tikus (mencit),
dan pada domba di Inggris. Domba hasil kloning itu diberi nama Domba Dolly. Dan
di jepang berhasil pula dikloning sapi
Klutur
embrio mamalia harus dilakukan secara invivo. Ini disebabkan secara alami
pertumbuhan embrio mamalia berlangsung di dalam uterus.
Dengan
ditemukannya teknik pembekuan tubuh, maka embrio hasil kloning dapat disimpan
dalam tabung bersuhu rendah sebelum ditanam di dalam uterus (rahim). Hal yang
demikian pernah dilakukan pada sapi. Sebeleum embrio sapi ditanama di dalam
uterus sapi terlebih dahulu disimpan dalam suhu rendah. Embrio yang disimpan
dalam suhu rendah disebut embrio beku, yang dapat disimpan dalam waktu
berbulan-bulan. Bila akan digunakan, embrio itu di ambil, suhunya dihangatkan
kemudian dimasukkan ke dalam uterus sapi betina.
2. Teknologi
Plasmid
Plasmid adalah molekul
DNA berbentuk sirkuler yang terdapat di dalam sel bakteri atau ragi. Plasmid
merupakan DNA kromosom, karena sel tersebut memiliki kromosom tersendiri. Jadi
selain kromosom, di dalam sel terdapat pula plasmid. Plasmid memiliki sifat
antara lain:
a. Merupakan
molekul DNA yang mengandung gen tertentu; ukurannya kira-kira 1/1000 kali
kromosom (DNA) bakteri
b. Dapat
memperbanyak diri melalui proses replikasi. Dengan demikian terjadi kloning DNA
yang menghasilkan plasmid dalam jumlah banyak. Dalam satu sel dapat berisi
banayk plasmid.
c. Plasmid
dapat pindah ke sel bakteri lain. Perpindahan plasmid dapat di percepat dengan
memberi ion C5Cl (Cesium Clorida). Dengan demikian plasmid dapat
dikeluarkan atau dimasukkan ke dalam sel bakteri atau ragi.
d. Sifat
plasmid pada keturunan bakteri sma dengan induknya, karena plasmid tidak
terikat dengan kromosom inti.
Karena
sifat-sifat itulah maka plasmid digunakan sebagai vektor, yaitu alat untuk
memasukkan gen ke dalam sel target.
3. Fusi
Sel
Fusi
sel artinya meleburkan dua sel baik dari spesies yang sama atau berbeda agar
terbentuk sel bastar yang disebut hibridoma (hibrid=bastar, oma=sel kanker).
Hibridoma itu memiliki sifat baru yang berasal dari sifat kedua sel asal.
Disebut hibridoma karena pada mulanya sel yang difusikan adalah sel tertentu
dengan sel kanker.
Sebenarnya,
secara alami juga terdapat fusi sel, misalnya pada fertilisasi, yaitu saat
sperma dan ovum melebur membentuk zigot. Demikian juga fusi sel terjadi ketika
dua sel melakukan konjugasi.
Fusi
sel didahului oleh peleburan mebran kedua sel diikuti oleh peleburan sitoplasma
(disebut plasmogami) dan akhirnya terjadi peleburan inti sel (disebut
kariogami)
a. Proses
fusi sel
Pada proses fusi sel
buatan (invitro), diperlukan sel wadah, sel sumber gen, dan zat pemicu fusi sel
yang dikanal sebagai fusigen.
1) Sel
wadah
Sel wadah atau sel
target adalah sel yang memiliki sifat membelah cepat, agar dihasilkan hibridoma
yang dapat dikultur dan membelah dengan cepat. Biasanya, yang digunakan sebagai
sel wadah adalah sel mieloma. Sel mieloma adalah sel kanker, baiasany diambil
dari tikus. Sel ini mampu membelah diri dengan cepat dan tidak membahayakan
manusia.
2) Sel
sumber gen
Sel sumber gen adalah sel–sel
yang memiliki sifat yang diinginkan, misalnya mampu memproduksi antibodi.
Biasanya sel ini sulit dikultur sehingga perlu difusikan dengan sel mieloma.
Sel penghasil antibodi yang ada di tubuh adalah sel limfosit B atau disebut sel
B. Sel B diambil, dengan harapan jika difusikan akan menghasilkan hibridoma
yang memiliki gen penghasil antibodi seperti induknya dan mampu membelah cepat
seperti sel kanker.
3) Fusigen
Fusigen adalah zat-zat
yang mempercepat terjadinya fusi sel. Zat yang tergolong fusigen misalnya NaNO3,
C5Cl++, pH tinggi, polietilen glikol (PEG), medan
listrik, dan virus.
b. Manfaat
fusi sel
Fusi sel dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misalnya untuk pemetaan kromosom,
menghasilkan antibodi monoklonal dan membentuk spesies baru.
1) Pemetaan
kromosom
Ketika
terbentuk hibridoma, terjadi pengrusakan/ penghancuran kromosom secara acak.
Ribuan sel wadah difusikan dengan ribuan sel
sumber gen, sehingga diperoleh ribuan hibridoma (sel C). Setiap sel
hibridoma mengalami kerusakan kromosom yang tidak sama, sehingga sel hibridoma
yang satu dan yang lain memiliki kromosom yang tidak sama pula.
Misalnya
kromosom pada manusia diberi nomor pasangan 1 hingga 23. Setelah difusikan
dihasilkan hibridoma. Sel hibridoma yang satu memiliki nomor 3, 5, 6, 11, 19,
23 sedang hibridoma yang lain memiliki kromosom nomor 11 dikultur (dibiakkan),
kemudian produknya dianalisis, ternyata menghasilkan hormon insulin. Maka dapat
disimpulkan bahwa gen insulin terletak pada kromosom nomor 11. Dengna teknik
yang sama para ahli dapat memetakan kromosom, menunjukkan letak gen pada
kromosom nomor tertentu.
2) Pembuatan
antibodi monoklonal
Antibodi
adalah protein yang dihasilkan oleh sel limfosit B atau sel T guna melawan
antigen (benda asing) yang masuk ke dalam tubuh. Secara alami tubuh mampu
memproduksi antibodi. Antibodi tertentu hanya dapat melawan antigen tertentu
pula. Antibodi yang dibentuk berupa klon sel limfosit yang disebut sebagai
antibodi poliklonal.
Sel
limfosit B dari hewan (tikus, kelinci, kuda, kera, atau lain) mampu
menghasilkan antibodi. Dalam gambar nampak
sel B tikus diambil, setelah sel tikus diberi antigen (misal penyakit
manusia). Sel B tikus difusikan dengan mieloma. Selanjutnya hibridoma
dikembangbiakkan (dikloning, diseleksi untuk memperoleh satu hibridoma
penghasil antibodi yang sesuai. Satu hibridoma tersebut dikultur agar diperoleh
antibodi untuk manusia. Sebagian hibridoma dibekukan untuk cadangan.
Karena
antibodi yang dihasilkan berasal dari pengklonan satu sel hibridoma, maka
disebut sebagai antibodi monoklonal
3) Pembentukan
spesies baru
Fusi
sel dapat digunakan untuk membentuk spesies baru yang tidak dapat dilakukan
melalui persilangan.
Sel
tumbuhan mempunyai dinding sel dari selulosa yang merupakan faktor penghalang
terjadinya fusi sel, sehingga dinding sel tersebut harus dicerna. Caranya, sel
tumbuhan diberi enzim selulase untuk menghancurkan dinding selnya. Maka
tinggallah protoplasmanya, yang siap untuk difusikan. Karena itu fusi tumbuhan
sering disebut sebagai fusi protoplas. Setelah difusikan, membran sel akan
membentuk dinding sel baru sehingga terbentuk individu baru yang merupakan
gabungan dari dua sel. Muncullah hibridoma yang diharapkan.
4. Rekombinasi
DNA
DNA
dapat disambungkan dengan DNA lain dari sumber yang berbeda. Proses
penyambungan DNA itu dikenal sebagai rekombinasi DNA. Sebenarnya tujuanya
adalah untuk menyambungkan gen yang ada di dalamnya. Karena itu rekombinasi DNA
disebut sebagai rekombinasi gen.
Dalam
rekombinasi DNA dilakukan pemotongan dan penyambungan DNA. Proses pemotongan
dan penyambungan DNA itu menggunakan enzim pemotong dan penyambung. Hasil
sambungan DNA dikenal sebagai DNA rekombinan. Enzim pemotong disebut enzim
restriksi endonuklease. Secara alami enzim ini dikeluarkan oleh bakteri untuk
memutuskan DNA virus yang tersambung pada DNA bakteri, tanpa merusak DNA bakteri.
Secara
alami rekombinasi DNA bisa terjadi. Misalnya jika terjadi proses pindah silang
pada meiosis, akan terjadi tukar menukar kromatid pada kromosom yang homolog,
sehingga DNA terputus dan tersambung secara silang. Contoh lainnya adalah pada
proses transduksi. Transduksi adalah proses tersambungnya DNA bakteri yang satu
dengan bakteri yang lain dengan perantara virus. Virus tersebut telah
memasukkan DNA dari bakteri satu ke bakteri lain.
Contoh
lainnya adalah transformasi. Transformasi terjadi jika ada bakteri A yang
meindahkan materi genetiknya ke bakteri B yang sejenis di dekatnya. Bakteri B
tersebut mendapatkan gen baru dari bakteri A.
Melihat
kenyataan itu, para pakar pun mencoba untuk menyambung-nyambung DNA secara
invitro dari sumber yang berbeda. Alasan dilakukannya rekombinasi adalah:
·
Semua DNA memiliki
struktur yang sama yakni tersusun atas gula, asam fosfat, dan basa-basa
nitrogen, yang teruntai membentuk polinukleotida.
·
Karena strukturnya
sama, maka DNA dari sumber mana pun dan dari spesies apapun dapat
disambung-sambungkan.
·
Para pakar telah
berhasil mengisolasi atau mensintesis enzim.
·
Gen dapat
mengekspresikan diri atau mengontrol sintesis polipeptida di manapun dia
berada, asalkan dalam kondisi yang sesuai. Misalnya gen manusia dapat
mengekspresikan diri meskipun berada di dalam sel bakteri.
a. Yang diperlukan dalam
rekombinasi DNA
1) Metode
mendapatkan gen
Gen adalah sepenggal DNA yang mengontrol
pembuatan polipeptida tertentu. Ukuran DNA sangat kecil sehingga untuk
mendapatkannya diperlukan metode khusus. Beberapa literatur menyebutnya sebagai
enzim penggunting atau enzim restriksi.
Memotong gen dari DNA secara keseluruhan
itu dengan metode tembak langsung.
Selain itu gen juga dapat diperoleh
dengan metode transkripsi balik yakni RNA dari suatu kelenjar ditranskripsi
balik menjadi DNA dengan pertolongan enzim tertentu.
Cara yang lain untuk mendapatkan gen
adalah dengan metode sintesis gen yaitu membuat gen secara invitro di
laboratorium. Gen dibuat secara sintetik dengan urutan basa tertentu berdasar
pada urutan asam amino protein yang dihasilkannya.
2) Enzim
pemotong dan penyambung
Enzim pemotong dikenal sebagai enzim
restriksi atau enzim penggunting. Nama umumnya enzim restriksi endonuklease.
Fungsi enzim ini meotong-motong benang DNA yang panjang menjadi pendek-pendek
agar dapat disambung-sambungkan kembali. Enzim pemotong secara alami dimiliki
oleh sel guna proses pemotongan DNA dalam sel. Enzim pemotong itu jumlahnya
banyak, dan yang telah dikenal mencapai 350an. Setiap enzim bekerja secara
khusus. Artinya setiap enzim hanya dapat memotong urutan basa tertentu pada
DNA. Hasil potongannya berupa sepenggal DNA berujung runcing yang komplemen.
Selain enzim pemotong restriksi
endonuklease terdapat pula enzim penyambung yang berfungsi
menyambung-nyambungkan DNA, yaitu enzim ligase. Enzim ligase DNA mengkatalisis
ikatan fosfodiester antara dua rantai DNA. Ligase DNA tidak dapat menyambungkan
DNA untai tunggal, melainkan harus DNA rangkap.
3) Pembawa
gen atau vektor
Setelah diperoleh gen dan
disambung-sambung, bagaimana memasukkan gen tersebut ke dalam sel target?
Mengingat ukuran gen yang sangat kecil, maka memasukkan gen ke dalam sel target
harus menggunakan pembawa gen atau vektor. Vektor itu bertugas sebagai
“kendaraan” bagi gen untuk mengangkut gen masuk ke dalam sel target.
Dalam memilih vektor ini para ahli
meniru kondisi alami. Secara alami, bakteri memiliki plasmid, yaitu DNA
sirkuler yang ukurannya 1/1000 kromosom DNA bakteri, dan dapat keluar masuk sel
bakteri. Jelasnya, plasmid dapat keluar dari sel bakteri yang satu dan masuk ke
sel bakteri yang lain. Akibatnya bakteri yang lain tadi mendapatkan sifat baru
yang berasal dari bakteri pertama. Peristiwa perubahan sifat ini dikenal
sebagai transformasi.
Plasmid secara alami dapat keluar masuk
sel sehingga dapat dimanfaatkan sebagai kendaraan bagi gen. Plasmid tersebut
dapat disambung dengan gen terlebih dahulu, sehingga terbentuk DNA hasil
sambungan yang disebut sebagai chimera (kimera) atau DNA rekombinan.
Selanjutnya, kimera dimasukkan ke dalam sel target yaitu ke sel bakteri. Maka
sel target akan mendapatkan sifat baru sesuai gen yang diterimanya.
Karena kimera tersebut berupa DNA, maka
sesuai dengan sifatnya akan mengadakan replikasi di dalam sel inangnya,
sehingga jumlahnya bertambah banyak. Dengan demikian berlangsunglah proses
pengklonan DNA. Ketika kimera melakukan replikasi, gen yang dibawanya akan ikut
tereplikasi, sehingga terjadilah kloning gen.
4) Sel
target
Sel
target yang biasa digunakan dalam rekombinasi adalah sel bakteri Escherichia
coli, karena:
a) E.coli
mudah diperoleh dan mudah dipelihara
b) Tidak
mengandung gen yang membahayakan (tidak ganas)
c) Tidak
membelah diri setiap 20 menit sekali, sehingga dapat diperoleh keturunan dengan
jumlah besar dalam waktu singkat.ini juga berarti produknya dapat dipanen
secara cepat.
b. Proses rekombinasi
Contoh
rekombinasi berikut ini merupakan peristiwa rekombinasi yang telah berhasil
dilakukan oleh para pakar, yaitu rekombinasi gen insulin. Gen insulin adalah gen
manusia yang mengontrol oembuatan insulin. Kelainan pada gen ini menyebabkan
penderita kekurangan insulin dan akibatnya akan menderita diabetes melitus.
Dulu,
penderita diabetes malitus diobati dengan memberi suntikan insulin sapi atau
babi. Semakin banyak penderita, semakin banyak sapi dan babi yang tersedia guna
diambil insulinnya. Selain itu, insulin sapi dan babi tidak cocok dengan
manusia karena ada beberapa asam amino dari insulin sapi atau babi yang tidak
sama dengan insulin manusia. Tubuh penderita menolak insulin sapi atau babi itu
karena tidak sesuai. Artinya,
penderita diabetes hanya aman jika disuntik dengan insulin manusia.
Persoalannya adalah, bagaimana cara mendapatkan
insulin manusia? Tidak mungkin dengan mengambil dari manusia lain bukan?
Gen
insulin dari manusia pulai Langerhans di ginjal diambil, kemudian disambungkan
ke dalam plasmid bakteri, membentuk kimera. Kimera itu dimasukkan ke dalam sel
target E.coli. bakteri E.coli ini dikultur, untuk dikembangbiakkan. Ternyata
bakteri yang biasa hidup di kolon itu mampu memnghasilkan hormon insulin
manusia. Hormon insulin tersebut dipanen untuk dijual kepada mereka yang
memerlukannya. Maka sekali terbentuk bakteri rekombinan penghasil insulin
manusia, selamanya akan dapat dipanen insulin untuk pengobatan.
Tidak
hanya insulin manusia yang berhasil diproduksi oleh bakteri, malinkan juga
hormon pertumbuhan manusia. Para pakar berhasil “mencangkokkan” gen hormon
pertumbuhan manusia ke dalam sel bakteri dan akhirnya bakteri itulah yang
memproduksi hormon pertumbuhan manusia. Hormon ini disuntikkan ke orang-orang
yang mengalami kekerdilan akibat kurangnya produksi hormon pertumbuhan di
tubuhnya.
B.
Preparasi Fragmen DNA
Keanekaragaman
genetika bakteri tercermin dalam besarnya rentang enzim restriksi. Fungsi enzim
restriksi belum sepenuhnya diketahui; sebagian mungkin melindungi inangnya
dengan memecah DNA asing yang mungkin dimasukkan oleh virus: enzim dapat
membedakan DNA inang, yang terlindung dari efek pemotongan, dan DNA asing, yang
akan dipotong. Sesuai dengan fungsi ini, enzim restriksi memiliki kemampuan
memilih luar biasa yang memungkinkannya mengenal urutan (sekuens) DNA khusus
yang akan dipotong. Urutan DNA yang akan dikenal oleh enzim restriksi terutama
adalah palindrom (inversi ulang urutan basa). Palindrom urut yang dikenal oleh
enzim restriksi (yang sering digunakan) EcoR1, adalah GAATTC; ulangan yang
terbalik, sesuai dengan komplementaritas pasangan-basa G––C dan A––T,
menghasilkan urutan 5’ TTC yang tercermin sebagai AAG dalam untai 3’.
Panjang fragmen
DNA yang dihasilkan oleh enzim restriksi sangat beragam karena individualitas
urutan DNA. Panjang rerata fragmen DNA sebagian besar ditentukan oleh jumlah
basa khusus yang dikenal oleh suatu enzim. Umumnya enzim restriksi mengenal
empat, enam, atau delapan urutan basa. Pengenalan empat urutan basa
menghasilkan fragmen dengan panjang rerata sebesar 250 pasang basa, dan karena
itu biasanya berguna untuk analisis atau manipulasi fragmen gen. Gen lengkap
sering diliputi oleh enzim restriksi yang mengenal enam basa dan menghasilkan
fragmen dengan ukuran rerata sekitar 4000 pasangan basa. Enzim restriksi yang
mengenal delapan basa menghasilkan fragmen dengan ukuran khas 64.000 pasangan
basa dan berguna untuk analisis daerah genetik yang luas.
C. Pemisahan Secara Fisik
Fragmen DNA
Dasar
sederhana yang melandasi teknik rekayasa genetik ialah fakta bahwa
elektroforesis gel memungkinkan fargmen DNA dipisah berdasarkan ukurannya:
semakin kecil ukuran fragmen, semakin cepat laju migrasinya. Laju migrasi
keseluruhan dan rentang ukuran optimal untuk pemisahan ditentukan oleh sifat
kimia gel dan derajat penautan–silangnya. Gel dengan banyak tautan-silang baik
untuk pemisahan fragmen-fragmen DNA yang kecil. Zat warna etidium bromida
membentuk suatu produk reaksi (adduct) yang berflouresen terang sewaktu
berikatan dengan DNA, sehingga fragmen DNA berukuran kecil yang dipisahkan
dapat dipotret pada gel. Fragmen DNA khusus dapat dikenali dengan pelacak yang
mengandung urutan komplementer.
Elektroforesis
pulsa memungkinkan pemisahan fragmen DNA yang mengandung sampai 100.000 pasingan basa (100 kilobase pair [kbp]). Sifat-sifat khas
dari fragmen-fragmen besar menghasilkan konstruksi peta fisik untuk kromosom
dari beberapa spesies bakteri. Pada satu penelitian, telah diperlihatkan bahwa
gen-gen bakteri diatur dalam dua kromosom yang terpisah.
D. Karakterisasi DNA Klon
1. Pemetaan
Restriksi
Untuk
manipulasi DNA klon dibutuhkan pengertian mengenai strukturnya. Penyiapan peta
restriksi merupakan langkah pertama dalam memperoleh pengertian ini. Suatu peta
restriksi dibuat mirip dengan cara menyatukan teka-teki potongan gambar
terhadap berbagai ukuran fragmen yang dihasilkan oleh cernaan tunggal (single
digest), yang diperoleh dengan pemotongan enzim restriksi tunggal, dan oleh
cernaan ganda (double digest), yang dibentuk oleh pasangan enzim restriksi.
Peta restriksi juga merupakan langkah awal untuk pengurutan DNA, karena peta
ini dapat mengenali fragmen yang akan memberikan subklon (fragmen DNA berukuran
relatif kecil) yang dapat dianalisis dengan lebih teliti, yang melibatkan
pengurutan DNA. Selain itu, peta restriksi memberikan dasar informasi yang
sangat khusus yang memungkinkan fragmen DNA, yang dikenali berdasarkan ukuran,
dihubungkan dengan fungsi gen khusus.
2. Pengurutan
Pengurutan
DNA menunjukkan struktur gen dan memungkinkan peneliti menyimpulkan struktur
produk-produk gen. Pada gilirannya, informasi ini memungkinkan gen untuk
dimanipulasi agar dapat dipahami atau diubah fungsinya. Selain itu, analisis
urutan DNA dapat mengungkapkan daerah pengaturan yang mengendalikan eskpresi
gen dan tempat –tempat yang rentan terhadap mutasi (hot spot). Perbandingan
urutan DNA mengungkapkan hubungan evolusi yang menjadi dasar klasifikasi yang
tidak meragukan lagi bagi berbagai organisme dan virus. Perbandingan ini juga
dapat memudahkan pengenalan daerah lestari yang terbukti amat berguna sebagai
pelacak hibridasi khusus untuk mendeteksi organisme atau virus dalam contoh
klinis.
Kedua
teknik ini menghasilkan aliran ologonuleotida yang berasal dari sumber tunggal,
dan memerlukan pemisahan pada suatu gel pengurut untai-untai DNA yang dapat
membedakan adanya satu ukuran nukleotida. Gel pengurut dapat memisahkan untai
dengan panjang yang berbeda, mulai dari satu hingga beberapa ratus nulkeotida,
dan mengungkapkan urutan DNA dengan berbagai ukuran. Suatu urutan ditunjukkan
dengan melakukan reaksi campuran yang sama dalam empat jalur sejajar, urutan
keseluruhan masing-masing mengungkapkan suatu nukleotida khusus.
Contohnya,
pengakhiran perpanjangan dengan memasukkan 2’,3’-deoksiadenin-5’-fosfat dapat
mengungkapkan panjang relatif suatu untai yang mengandung adenin pada posisi
yang diakhiri. Serangkaian untai semacam itu, yang masing-masing diakhiri pada
posisi yang berbead, dibuat dengan memasukkan beberapa dideoksinukleotida dalam
campuran reaksi polimerase DNA.
Empat
lajur sejajar pada gel yang sama mengungkapkan panjang relatif dari untai yang
mengalami terminasi dideoksi pada adenin, sitidin, guanidin, dan timidin.
Perbandingan keempat lajur yang mengandung campuran reaksi yang berbeda dalam
metode pengakhiran rantai memungkinkan untuk menentukan urutan DNA pada metode
Sanger.
Karena
metode Sanger relatif sederhana, metode ini lebih umum digunakan, tetapi teknik
Maxam-Gilbert dipakai secara luas karena menunjukkan daerah DNA yang dilindungi
oleh protein pengikat khusus terhadap modifikasi kimia.
Pengurutan
DNA dipermudah dengan manipulasi genetik pada bakteriofaga M13 (bakteriofaga E
coli), yang mempunyai DNA beruntai-tunggal. Bentuk replikatif DNA faga adalah
DNA lingkar untai-ganda yang tertutup secara kovalen dan telah direkayasa
sehingga mengandung tempat kloning majemuk yang memungkinkan integrasi fragmen
DNA khusus yang sebelumnya telah dikenali dengan pemetaan restriksi. Bakteri
yang diinfeksi oleh bentuk replikatif mengeluarkan modifikasi faga berisi DNA
untai-tunggal yang mencakup urutan sisipan pada lapisan protein luarnya. DNA
ini bertindak sebagai cetakan (template) untuk reaksi pemanjangan. Titik awal
pemanjangan ditentukan oleh primer DNA, yang dapat disintesis dengan peralatan
otomatis untuk sintesis oligonukleotida secara kimiawi. Mesin tersebut, yang
dapat menghasilkan untai DNA berisi 75 oligonukleotida atau lebih dalam suatu
urutan yang sudah ditentukan, sangat berguna dalam pengurutan dan modifikasi
DNA dengan metode mutagenesis terarah.
Oligonukleotida
yang disintesis secara kimiawi dapat dianggap sebagai bentuk primer dalam
reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction PCR), yaitu suatu prosedur
yang menghasilkan pengerasan dan pengurutan DNA yang terletak di antara
oligonukleotida. Dengan demikian, di banyak penelitian, DNA tidak perlu diklon
lagi untuk diurutkan atau disiapkan bagi rekayasa.
E.
Mutagenesis
Berdasarkan
Lokasi
Sintesis
oligonukleotida secara kimiawi memungkinkan peneliti untuk melakukan substitusi
basa secara terkendali ke dalam suatu urutan DNA. Substitusi tertentu dapat
digunakan untuk mempelajari efek mutasi (yang telah dirancang sebelumnya) pada
ekspresi gen, utuk memeriksa peran asam amino yang diganti dalam fungsi
protein, atau- berdasarkan informasi mengenai residu yang penting untuk fungsi-
untuk menonaktifkan suatu gen. Oligonukleotida beruntai-tunggal yang mengandung
mutasi khusus disintesis secara kimia dan dihibridasikan dengan DNA
bakteriofaga beruntai-tunggal, yang membawa urutan tipe normal sebagai sisipan.
DNA yang dihasilkan sebagian beruntai-ganda, diubah secara enzimatik menjadi
bentuk replikatif yang sepenuhnya beruntai-ganda. DNA ini, yang mengandung
urutan tipe normal pada satu untai, dan urutan mutan pada untai yang lain,
digunakan untuk menginfeksi bakteri inang melalui transformasi. Replikasi akan
mengakibatkan pemisahan DNA tipe normal dari DNA mutan, dan gen mutan
untai-ganda dapat diisolasi kemudian diklon dari bentuk replikatif faga.
Sintesis
oligonukleotida secara kimiawi memungkinkan pembentukan gen sintesis yang
mengandung tempat restriksi yang tersebar luas, sehingga dapat terjadi
penggantian secara moduler urutan DNA yang menyandikan protein mutan. Mutasi
ganda dapat dengan mudah dimasukkan. Pada dasarnya, suatu sifat yang
dikehendaki (misalnya antigenisitas) dapat dipertahankan, sementara sifat yang
tak dikehendaki (misalnya toksisitas) dapat dihilangkan.
Pustaka
Geo. F. Brooks, Janet S. Butel, L.
Nicholas Ornston. 1996. Mikrobiologi
Kedokteran Edisi 20. Jakarta: EGC
Syamsuri, Istamar. 2000. Biologi 2000 Jilid 3B untuk SMU Kelas 3.
Jakarta: Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar